03 July 2012

Pelajaran Dari Seorang Imah


Salam kreatif teman-teman dan sahabat...
Catatan ini pernah saya tuliskan di Facebook. Agar pengalaman ini bisa dibaca dan berharap bermanfaat, saya bagi disini.
 
Senin malam, minggu terakhir bulan Maret saya membeli beberapa barang di sebuah retail modern di Jogjakarta dekat kontrakan. Sambil berfikir, barang apalagi yang harus saya beli, terlihat seorang anak perempuan seumuran anak SD kelas 6 mondar-mandir membawa minuman yang model iklannya adalah ikon bintang sepakbola Timnas Indonesia kelahiran Belanda kalau tidak salah. Agak lusuh pakaiannya dan sobek dibeberapa bagian yang menandakan dia bukan dari keluarga yang berada. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Sebentar-bentar dia lari ke arah meja kasir kemudian dia kembali lagi ke tempat minuman itu ditata. Sudah lebih dari lima kali dia melakukan itu. Mungkin juga lebih.

Beberapa menit kemudian, saya sudah mengantri untuk membayar dan dia melakukan hal itu beberapa kali lagi. Saya penasaran apa yang dia lakukan. Dia melihat keatas kearah monitor dibagian atas display kasir. Monitor display kamera CCTV yang ada disudut-sudut ruangan itu. Apakah dia mau mencuri? Pikir saya. Tibalah giliran saya membayar. Mendadak anak perempuan itu memotong antrian untuk membayar duluan sambil meletakkan minuman bintang sepakbola yang dibawanya mondar-mandir tadi. "Berapa mbak?" Tanyanya pada kasir. Mbak kasir men-scan barcode minuman itu dan keluar harga Rp.6500 yang tampak dimonitor komputer kasir. Anak itu diam dan bingung. Si Mbak kasir tanya uang yang dia bawa berapa. Dia memberikan uangnya yang selembaran Rp.2000-an. Tiga lembar. "Kurang Rp.500, dek". "Biar nanti sekalian dihitung dengan belanjaan saya aja, Mbak". Anak itu menolak. Saya sedikit memaksa untuk membayar minuman tersebut. Mungkin karena sedikit merasa bersalah sudah berprasangka buruk padanya : ). Mbak kasir menyerahkan kembali 3 lembar Rp.2000-an pada anak itu. "Ditambahin yang kurangnya aja, Kak". Mbak kasir sudah terlanjur memasukkan minuman itu dengan belanjaan saya. Anak itu sudah pergi dari kasir kearah pintu keluar. Sesudah membayar semua, saya pun keluar.

Sambil berjalan keluar, saya meneliti belanjaan saya. Tanpa saya sadari, tas plastik belanjaan saya direbut anak itu. Saya kaget karena saya pikir anak itu sudah pulang. "Kak, saya bantuin bawa belanjaannya". Akhirnya kami sama-sama keluar. Saya tanya kenapa dia belum pulang. "Saya tidak mau menerima minuman ini gratis, Kak". "Apa yang bisa saya bantu lagi, Kak" tanyanya sambil meletakkan barang belanjaan saya dimotor. "Terima kasih, sudah cukup" jawab saya singkat sambil masih terheran-heran dengan jawaban dan apa yang sudah dia lakukan.

Dari beberapa menit pembicaraan kami di tempat parkir sebelum dia pergi, baru saya tahu bahwa minuman itu untuk neneknya yang sedang sakit dan sudah lama ingin minum minuman yang iklannya bintang sepakbola yang sempat geger karena ketampanannya itu. Saya semakin kagum padanya karena uang Rp.6000 ribu itu ternyata dia kumpulkan selama 4 hari sisa uang sakunya. Bukan itu saja. Dia dan neneknya bekerja mati-matian mengais sampah, mencuci pakaian di rumah-rumah tetangga atau pekerjaan apapun yang dapat menghasilkan uang untuk hidup mereka dan biaya sekolahnya. Neneknya sudah 3 hari sakit dan dia mengurus sendiri neneknya. Kedua orang tuanya sudah meninggalkan dia sedari kecil, entah kemana.

"Nama saya Imah, Kak. Makasih..." dia berlari ke arah gang kecil tak jauh dari tempat kami berbicara. Saya lupa tidak tanya asalnya darimana dan tempat tinggalnya dimana. Namun saya tetap mengingat apa yang diucapkannya. "Saya tidak mau menerima minuman ini gratis, Kak".

Terima kasih Imah. Sepertinya kau diutus Tuhan untuk mengingatkanku agar selalu bersyukur dan bekerja keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan cara-cara yang baik dan membaikkan kehidupan.

Demikian teman dan sahabat. Apabila ingin berbagi catatan perjalanan, kirim via email. Nama Anda bisa disertakan bisa juga tidak. Salam kreatif...

2 comments:

  1. wew inspiratif, semoga sy bisa belanja bareng dengan anda

    ReplyDelete
  2. Terkadang kita juga harus belajar dari sosok anak kecil.

    ReplyDelete